Sejarah Yayasan Camillus
PENDAHULUAN :
Untuk dapat menyusun sejarah Yayasan Camillus, selain menelusuri sejarah berdirinya Yayasan Camillus perlu pula menelusuri karya-karya yang mendukung dan menyertainya. Penelusuran sejarah dimulai dari latar belakang pendirian yayasan. Dari akte pendirian dapat diketahui bahwa Yayasan Camillus didirikan oleh pastor-pastor Salib Suci (OSC) pada tanggal 9 September 1929. Mengapa didirikan dan mengapa mereka yang mendirikan? Untuk dapat memperoleh jawabannya kita perlu menengok kembali kemasa awal berdirinya keuskupan Bandung.
BERDIRINYA KEUSKUPAN BANDUNG :
Secara resmi, Paus Pius XI meningkatkan status di Tatar Sunda dari misi apostolik menjadi Prefektur Apostolik Bandung pada 20 April 1932, namun sebelumnya yaitu pada tanggal 27 Januari 1927, peningkatan status tersebut telah disampaikan melalui telegram. Sebelum ditingkatkan menjadi Prefektur Apostolik, wilayah Bandung merupakan tanggung jawab Vikariat Apostolik Batavia dan dilayani oleh pastor-pastor dari Serikat Yesus (Societat Jesu = SJ). Kardinal van Rossum, Prefek Propaganda Fide, pada tanggal 13 November 1926 memutuskan OSC untuk hadir di daerah misi di Jawa Barat yang meliputi Kerisidenan Priangan (kecuali Cianjur), Cirebon, dan Kabupaten Kerawang. Kelompok rohaniwan OSC yang hadir pertama kali adalah : Pastor Jacobus Hubertus Goumans OSC, Pastor Marinus Nillesen OSC dan Pastor Johannes de Rooy OSC. Mereka mendarat di pelabuhan Tanjung Priok pada tanggal 6 Februari 1927. Pastor J H Goumans OSC diangkat menjadi Prefsk Apostolik Bandung pada tanggal 15 Agustus 1932 di gereja Katedral St. Petrus, Bandung. Dengan semakin meningkatnya karya pelayanan di Tatar Sunda ma‹.a pada tanggal 16 Oktober 1941, Prefektur Apostolik Bandung ditingkatkan statusnya menjadi Vikariat Apostolik Bandung dan Mgr. J.H. Gaoumans diangkat menjadi uskup Bandung yang pertama.
BERDIRINYA YAYASAN CAMILLUS :
Dengan ditunjuknya OSC sebagai penerus misi di Jawa Barat maka be-aiih pula tanggung jawab atas harta dan inventaris misi Katolik dari Yesuit ke OSC. Untuk dapat menampung harta dan inventaris yang diserahkan tersebut (berupa gedung gereja, sekolah, rumah sakit, harekat religius dan perkumpulan Katolik) maka para pastor OSC tersebut mendirikan beberapa yayasan. Dua diantaranya adalah Yayasan Salib Suci dan kemudian Yayasan Camillus. OSC tidak berjalan sendirian, ada Konggregasi suster-suster Carolus Borromeus (CB) yang berkarya dalam bidang kesehatan, ada suster Ordo Sancta Ursula (OSU) dan bruder Konggregasi Santo Aloysius (CSA) Maksud awal didirikannya Yayasan Camillus adalah untuk mengurusi anak-anak terlantar, korban perang, supaya mendapat pendidikan yang layak, sehingga karya sosial yayasan salah satunya adalah panti asuhan. Para pendiri, yaitu J.H. Goumans (ketua), M.A. Nillesen (sekretaris), dan J. de Rooy (bendahara), kemudian menugaskan J.H. Goumans (ketua), A.A. Leuwenwr (sekretaris) dan J.B. Heyne (bendahara) sebagai pengurus yang pertama Yayasan Camillus. Dana awal yang disisihkan adalah sebesar f 6.000 (enam ribu Gulden) dan mendapat tambahan dari warisan, pemberian, sumbangan dan pengumpulan penghasilan yang tidak digunakan. Nilai f 6.000 pada saat itu sanilai 120 kuintal beras. Pada tahun 1939 ada seorang dermawan bernama J.H. Th Pierneman yang fnggai di Cimahi, yang menggantikan testamen notaris dd 24-11-1939 no 81 untuk mewakafkan 1/12 varisannya kepada Camillus Stichting. Beliau merıinggal pada 25 April 1945 di Cimahi. Para suster CB yang berkarya dalam bidang kesehatan kemudian membentuk Perhimpunan Perkumpulan Santo Borromeus (PPSB) yang membawahi beberapa rumah sakit, yaitu RS St. Borromeus dan RS St. Yusup. Yayasan Salib Suci didirikan untuk melayani karya para pastor OSC dalam bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah dari tingkat dasar hingga menengah pertama dan atas. Ketiga lembaga di atas memberikan sumbangsih yang cukup signifikan dalam membangun umat di Keuskupan Bandung khususnya di Cicadas / Bandung Timur.
BERDIRINYA PANTI ASUHAN
Salah satu daerah yang merupakan daerah karya dari Ordo Salib Suci di Tatar Sunda adalah Cicadas. Yang pertama-tama dibangun di Cicadas adalah Panti Asuhan (Internaat) untuk menampung para kawula muda yang tidak berbapak tak beribu. Panti Asuhan ini diresmikan pada tanggal 7 September 1929 yang merupakan tonggak berdirinya Camillus Stichting (Yayasan Camillus). Karya kesehatan di Cicadas juga dimulai karena adanya Panti Asuhan ini. Salah satu fasilitas yang diberikan kepada penghuni panti adalah pemeriksaan kesehatan, suatu hal langka pada masa itu. Karena kasih tak pernah menutup dan membatasi diri, maka kala masysrakat sekitar mencoba ikut serta memanfaatkan fasilitas itu, para pangsuh panti itupun tak tega menolaknya. Berkat kegigihan para suster-suster CB di kemudian hari pada tahun 1936 berhasil dibangun sebuah bangunan poliklinik St. Yusup di pojok jalan Sukamulya sekarang. Karya misi kemudian bergerak ke arah timur.
Pada bulan Mei 1931 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan gereja di Cicalengka. Bulan berikutnya Yayasan Camillus membeli sebuah bangunan Bank di Cicalengka untuk dijadikan Asrama Putra. Pada tanggal 1 Juli 1931 di Cicadas dibuka sebuah rumah asuhan Katolik untuk anak-anak putera pribumi. Pada tanggal 16 November 1931 Pastor Dr. A.V Asseldonk, meletakkan batu pertama pembangunan rumah yatim piatu putri yang juga ditangani oleh Yayasan Camillus. Rumah yatim piatu ini dibina oleh para suster Ursulin dan kelak bernama Asrama Putri Providentia. Letaknya di JI. Anggrek, Bandung. Pada tahun 1962, PANTI Asuhan St Yusup Cicadas mulai menerima anak-anak yang bukan yatim piatu. Panti asuhan ini mulai berfungsi sebagai asrama bagi anak-anak luar kota yang mendapat kesulitan mencari tempat indekost/kontrakan.
KARYA SUSTER KONGGREGASI St CAROLUS-BORROMEUS :
Sementara itu, pada tahun 1937, para suster-suster konggergasi St. Carolus Borromeus (CB), yang mengelola poliklinik di daerah Cicadas, meningkatkan pelayanannya dari poliklinik menjadi rumah sakit. Persoalan timbul ketika ada lansia yang sakit, dirawat dan telah sembuh tidak dapat dipulangkan karena tidak ada sanak keluarga. Jumlahnya ternyata makin lama makin bertambah. Untuk mengatasinya mereka ditempatkan sementara disuatu ruangan dengan harapan akan ada keluarga yang msnjemput. Bagi mereka yang fisiknya memungkinkan disertakan membantu pelayanan rumah sakit seperti menyapu, ngepel dll.
Pelayanan untuk para oma ini agak terganggu yaitu ketika pecah Pe•arg Dunia II. Setelah perang berakhir, beberapa bagian rumah sakit r sax dan hancur serta banyak perlengkapan hilang. Tetapi Mgr JH Goumans didampingi Pastor A. Piets OSC, Muder Louise CB dan Suster kJanska Rumtari yang mengunjungi rumah sakit berketetapan untuk terus melanjutkan karya bagi masyarakat yang membutuhkan. Pelayanan bagi oma-oma ini ada semata-mata karena misi "Kasih" dari para suster yang merupakan karya nyata dari spirit CB : Ada aku atau tanpa aku, asal Tuhan dimuliakan dan sesama diabdi'. Ruang bagi para oma ini berpindah-pindah menyesuaikan perkembangan bangunan Rumah Sakit Santo Yusup. Pernah berada di Ruang Yosep, tahun 1978 s/d 1980 di ruang biara lama setelah biara yang baru selesai dibangun. Demikianlah keadaan tersebut hingga tahun 1980. Karena kebutuhan ruangan rumah sakit yang makin meningkat maka para lansia tersebut kemudian dititipkan kepada tetangga yaitu panti asuhan Santo Yusup, yang dikelola oleh Yayasan Camillus. Para oma ditempatkan di kamar- kamar yang kosong di panti asuhan tersebut. Pada tanggal 11 November 1984, Mgr Alexander Djojosiswojo ditahbiskan menjadi Uskup Bandung menggantikan Mgr. Arntz yang wafat. Kemudian Mgr. A. Djojosiswojo mengadakan pertemuan dengan pengurus Yayasan Camillus untuk membahas keberadaan Panti Asuhan dan Panti Jompo. Panti asuhan dihuni kurang lebih 60 anak-anak, terdiri dari anak laki-laki dan perempuan. Untuk mengawasi sekian banyak anak-anak mengalami kesulitan, problem ini sulit untuk dipecahkan.
PERALIHAN KARYA YAYASAN CAMILLUS
Dalam parjalanan waktu kemudian panti asuhan, karena s0tu dan lain hal, akhirnya ditutup dan dilanjutkan dengan pantl jompo / panti wreda. Sejak bulan Juli 1987 Panti Asuhan sudah tidak menerima penghuni baru dan beberapa anak yang masih ada diserahkan ke panti asuhan lain dan yang masih mempunyai orang tua, dikembalikan kepada orang tuanya. Bangunan panti asuhan kemudian dibongkar dan dibangun gedung baru untuk Panti Jompo/Panti Wreda. Dana pembangunan gedung dikumpulkan dari para dermawan, donatur dan bantuan dari Keuskupan Bandung. Pelaksanaan pembangunan gedung diserahkan kepada bapak Ir. Eko yang pada waktu itu beralamat di JI. Dakota no. 25, Bandung. Pada tanggal 18 Agustus 1988, Pastor FX. Sukarno, OSC, menugaskan Suster Antonina, CB, lbu Nugraha dan lbu Wartoyo untuk meninjau Panti Nugroho di Rempoa, Jakarta milik Yayasan Melania Jakarta, guna mempersiapkan pembukaan panti jompo di Bandung. Pada tanggal 20 September 1988, diresmikan gedung baru Panti Wreda Nazareth yang pengelolaannya masih tetap ditangani oleh Yayasan Camillus. Peresmian gedung baru tersebut dilakukan oleh Bapak Uskup Bandung, Mgr. A. Djojosiswojo, Pr.
Panti Wreda Nazareth masih terus melayani para lansia, khususnya oma-oma hingga saat ini.
Sumber:- Sejarah Keuskupan Bandung
- Sejarah Paroki St. Odilia Cicadas